• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Asrul Sani

Puisi: On Test – Asrul Sani (1926-2004)

Posted on 3 Juni 2017 by Editor

Asrul Sani (1926-2004) Engkau akan kubawa pergi Dari candi ini Ke tempat di mana manusia ada. Coba, coba Di sana kata Tidak hanya punya kita Dan cinta mungkin kabur Dalam […]

Posted in Puisi Tagged Asrul Sani, Puisi Leave a comment

Puisi: Pengungsi – Asrul Sani (1926-2004)

Posted on 1 Juni 20173 Juni 2017 by Editor

Asrul Sani (1926-2004) Tuhan: aku telah lihat bagaimana kebesaran lari dari lidah api. Sebagai suatu cahaya tenggelam. dalam ngangaan malam. Pacukanlah lebih lekas ini angin musim kemarau, Supaya pengungsiku tiada […]

Posted in Puisi Tagged Asrul Sani, Puisi 1 Comment

Puisi: Perhitungan Habis Tahun – Asrul Sani (1927-2004)

Posted on 30 Desember 20162 Januari 2017 by Editor

Asrul Sani (1927-2004) Semalam aku telah bercinta pula, Kepada engkau yang datang dengan kereta senja Dan pulang berkereta pagi, Serta aku ingat bagaimana aku pulang Seperti pelancung larut yang puas […]

Posted in Puisi Tagged Asrul Sani, Puisi Leave a comment

Puisi: Sebagai Kenangan kepada Amir Hamzah, Penyair yang Terbunuh – Asrul Sani (1927-2004)

Posted on 30 Desember 20162 Januari 2017 by Editor

Asrul Sani (2007-2004) Ciumlah pinggir kejauhan tangan terkulai karena revolusi! Tinggalkanlah ribaan bunda dan mari kita iringkan desir air di pasir nikmati tokoh perawan dan gadis penari! Kembangkan layar! Pelaut […]

Posted in Puisi Tagged Asrul Sani, Puisi 1 Comment

Puisi: Elegi – Asrul Sani (1927-2004)

Posted on 28 Desember 20162 Januari 2017 by Editor

Asrul Sani (1927-2004) Ia yang hendak mencipta, menciptalah atas bumi ini. Ia yang akan tewas, tewaslah karena kehidupan. Kita yang mau mencipta dan akan tewas akan berlaku untuk ini dengan […]

Posted in Puisi Tagged Asrul Sani, Puisi 1 Comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani