• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Diah Hadaning

Puisi: Abstraksi Jiwa Lapar – Diah Hadaning (1940 – 2021)

Posted on 8 Juli 20183 Agustus 2021 by Editor

Diah Hadaning (l. 1940) Abstraksi Jiwa lapar laparku – bulan lapar cahaya santri kecil pulang berisya berikan binar matanya laparku – matahari lapar sinar gadis dusun di pancuran berikan denyar […]

Posted in Puisi Tagged Diah Hadaning, Puisi Leave a comment

Puisi: Ilusi – Diah Hadaning (1940 – 2021)

Posted on 8 Juli 20183 Agustus 2021 by Editor

Diah Hadaning (1940 – 2021) Ilusi yang jatuh atas ranjangku lewat genting kaca yang menyatu dalam bayang-bayang bulan yang kutangkap dalam kidung di ujung senyap dan membuat malam jadi penuh […]

Posted in Puisi Tagged Diah Hadaning, Puisi Leave a comment

Puisi: Pohon-pohon Sisa Peradaban – Diah Hadaning (1940 – 2021)

Posted on 8 Juli 20183 Agustus 2021 by Editor

Diah Hadaning (l. 1940) Pohon-pohon Sisa Peradaban pohon-pohon sisa peradaban berebut lahan di hatimu tumbuh dan tumbang tanpa sentuhan angin ranggas dan semi tanpa suara burung pagi pohon-pohon sisa peradaban […]

Posted in Puisi Tagged Diah Hadaning, Puisi Leave a comment

Puisi: Anak-anak yang Berubah – Diah Hadaning (1940 – 2021)

Posted on 8 Juli 20183 Agustus 2021 by Editor

Diah Hadaning (l. 1940) Anak-anak yang Berubah anak-anak telah tumbuh oleh rabuk kimiawi anak-anak telah pintar bilang tidak dari advertensi siang malam layar kaca menyita akalnya menyita harmoni jiwa anak-anak […]

Posted in Puisi Tagged Diah Hadaning, Puisi Leave a comment

Puisi: Sajak 20 Butir Leunca Muda – Diah Hadaning (1940 – 2021)

Posted on 12 Januari 20173 Agustus 2021 by Editor

Diah Hadaning kekasihku, santunan segala cinta tak pernah berkecambah dalam pusar Adam dan Hawa tak pernah ingkar setia hari-hari selalu berpacu dengan umurmu adakah kau tahu berkali telah kusentuhkan bunga […]

Posted in Puisi Tagged Diah Hadaning, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani