• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Emha Ainun Nadjib

Puisi: Tidak Bisa Kau Biarkan Matahari – Emha Ainun Nadjib (l. 1953)

Posted on 29 Mei 201929 Mei 2019 by Editor

Emha Ainun Nadjib Tidak Bisa Kau Biarkan Matahari Tidak bisa kau biarkan matahari Menyerap daun-daun Dan pohonan sampai ngungun (Di tanggamu seorang bergegas turun) Tidak bisa kau biarkan matahari Menyengat […]

Posted in Puisi Tagged Emha Ainun Nadjib, Puisi Leave a comment

Puisi: Kubakar Cintaku – Emha Ainun Nadjib

Posted on 29 Mei 201929 Mei 2019 by Editor

Kubakar cintaku
Dalam sampai sunyi-Mu
Agar lindap, agar tatap
dari hujung merapat

Posted in Puisi Tagged Emha Ainun Nadjib, Puisi Leave a comment

Puisi: Syair Maling – Emha Ainun Nadjib

Posted on 17 Februari 2017 by Editor

Emha Ainun Nadjib Perjuangan utama sebuah syair, hanyalah Untuk tak menjadi slogan Atau kembang plastik Dari Tuhan lahir seorang bayi Dituding sebagai subversi, atau dipupuk Menjadi hostes para priyayi Syair-syair […]

Posted in Puisi Tagged Emha Ainun Nadjib, Puisi Leave a comment

Puisi: Apakah Puisi-puisi Ini – Emha Ainun Nadjib

Posted on 17 Februari 2017 by Editor

Emha Ainun Nadjib Apakah puisi-puisi ini Jelmaan roh-Mu, Tuhanku Sehingga aku merasa bahagia Jika bergaul dengannya Ia selalu membuka ruang Hingga aku setia pada kemungkinan Ia adalah sembahyang Yang penuh […]

Posted in Puisi Tagged Emha Ainun Nadjib, Puisi Leave a comment

Puisi: Lagu – Emha Ainun Nadjib

Posted on 17 Februari 201717 Februari 2017 by Editor

Emha Ainun Nadjib Sangatlah nyaman Serta penuh kekhusyukan Bersahabat dengan angin Dan matahari pagi         Wajah gadisku yang membayang         Mengajakku sejenak berpejam         Tunduk kepala, dan         Menggumamkan salam […]

Posted in Puisi Tagged Emha Ainun Nadjib, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani