• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

iwan fridolin

Puisi: Pagi Pecah – Iwan Fridolin (l. 1945)

Posted on 4 April 20204 April 2020 by Editor

Iwan Fridolin (l. 1945) Pagi Pecah Pagi pecah dalam bunyi-bunyi Terasa dingin di pipi. Kuusap hati-hati Hidup seperti mimpi Butiran embun ditikam matahari. Telukbetung, 1969 Sumber: Horison, No.2, Th.XI, Februari […]

Posted in Puisi Tagged iwan fridolin, Puisi Leave a comment

Puisi: Dalam Kaca Duka pun Putih – Iwan Fridolin (l. 1945)

Posted on 4 April 20204 April 2020 by Editor

Iwan Fridolin (l. 1945) Dalam Kaca Duka pun Putih Dalam kaca duka pun putih Mainan warna-warna. Seribu sajak Yang kita tulis dulu Satu hari sebelum turun gerimis Dan kemudian kita […]

Posted in Puisi Tagged iwan fridolin, Puisi Leave a comment

Puisi: Warna-Warna – Iwan Fridolin (l. 1945)

Posted on 4 April 20204 April 2020 by Editor

Iwan Fridolin (l. 1945) Warna-Warna Di kolong jembatan perempuan dan bulan dan Tuhan Sepanjang jalanan debu dan setan dan penjaga koran Dalam biara dupa dan sorga dan genta tua Di […]

Posted in Puisi Tagged iwan fridolin Leave a comment

Puisi: Di Setasiun – Iwan Fridolin (l. 1945)

Posted on 4 April 20204 April 2020 by Editor

Iwan Fridolin (l. 1945) Di Setasiun Di setasiun manakah kereta akan berhenti? Siang tadi di bangku peron, kita masih duduk bersama. Mengobrol tentang cuaca, dan tentang hari-hari yang akan tiba, […]

Posted in Puisi Tagged iwan fridolin, Puisi Leave a comment

Puisi: Pukul Berapa – Iwan Fridolon (l. 1946)

Posted on 4 April 20204 April 2020 by Editor

Iwan Fridolon Pukul Berapa Pukul berap aku lupa, Ada iringan lewat (Kelihatan dari jendela) Aku menjenguk: Siapa? Angin dan debu tiba-tiba menyerbu jendela. Kupejamkan mata. Selayaknya tak mengatakan apa-apa. Sumber: […]

Posted in Puisi Tagged iwan fridolin, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani