• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Nanang Suryadi

Puisi: Biar! – Nanang Suryadi (l. 1973)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

Nanang Suryadi (l. 1973)Biar! tak kau ingat lampu-lampu yang menyihir kita menjadi orang yang mentertawakan dunia. tak kau ingat keringat meleleh di langkah kaki, di punggung, kening, menantang matahari! menunggingkan […]

Posted in Puisi Tagged Nanang Suryadi, Puisi Leave a comment

Puisi: Dalam Sajak -Nanang Suryadi (l. 1973)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

Nanang Suryadi (l. 1973)Dalam Sajak 1.Terasa kabut menyaput lembut, seperti engkau dengan harum gerai rambut Demikian kata di jemari teraba sehalus lumut. Namun kau katakan tidak Karena merasa jantung keras […]

Posted in Puisi Tagged Nanang Suryadi, Puisi Leave a comment

Puisi: Narasi Orang Bosan – Nanang Suryadi (l.1973)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

Nanang Suryadi (l.1973) Narasi Orang Bosan   aku menjadi orang yang bosan dan mulai menjadi membenci diri sendiri udara pengap tiktak jemari pada keyboard yang lesu wajahmu yang pudar jam […]

Posted in Puisi Tagged Nanang Suryadi, Puisi Leave a comment

Puisi: Epilog – Nanang Suryadi (l. 1973)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

Nanang Suryadi (l. 1973)Epilog Sempurnalah sempurna segala inginDi ambang surup matahari mendingin Segala senja telah kau beri tandaDi padang-padang buru di tebing-tebing cuaca Telah disemayamkan segala kelakarTerbakar bersama belukar julai […]

Posted in Puisi Tagged Nanang Suryadi, Puisi Leave a comment

Puisi: Hingga Akhirnya – Nanang Suryadi (l. 1973)

Posted on 10 Januari 201727 Juni 2021 by Editor

Nanang Suryadi (l. 1973)  Hingga Akhirnya detik kan berhenti dan sunyi merungkupi kau dengan mimpimu sendiri o manusia yang resah menjangkau cakrawala dengan benak penuh tanya sebagai keabadian jawab adalah […]

Posted in Puisi Tagged Nanang Suryadi, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani