• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Ramadhan KH

Puisi: Tanah Kelahiran, 7 – Ramadhan K.H. (1927-2006)

Posted on 23 Juni 2017 by Editor

Ramadhan K.H. (1927-2006) Setengah bulatan bumi kusilang arah membusur, Nyatanya aku hanya pengembara Seruling dan pantun di malam gelap menyeret pulang turun di kali Citarum. Dan aku kembali ke pangkuan […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Ramadhan KH Leave a comment

Puisi: Dendang Sayang, 1 – Ramadhan K.H. (1927-2006)

Posted on 23 Juni 2017 by Editor

Ramadhan K.H. (1927-2006) Di Cikajang ada gunung, lembah lengang nyobek hati, bintang pahlawan di dada, sepi di atas belati; kembang rampe di kuburan, selalu jauh kekasih. Di Cikajang ada kurung, […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Ramadhan KH Leave a comment

Puisi: Nyanyian untuk yang Dilupakan – Ramadhan KH (1927-2006)

Posted on 31 Desember 20162 Januari 2017 by Editor

Ramadhan KH (1927-2006) Tuhan yang menciptakan seni dan bumi, air dan udara dan api menciptakan semua kita yang ada, selalu hormat dan cinta padamu. Langit dan dedaunan gemelepar, bulan danbintang […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Ramadhan KH Leave a comment

Puisi: Pembakaran – Ramadhan KH (1927-2006)

Posted on 31 Desember 20162 Januari 2017 by Editor

Ramadhan KH (1927-2006) 1 Pacar! Coklat matamu subur, Coklat darah tanah Cianjur. Tapi pacar! Yang meneteskan air hujan di bawah alismu hitam, hanya kedua molek tanganmu dan aku dengan mesra […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Ramadhan KH Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani