Puisi: Onani – Nina Minareli (l. 1979)

Nina Minareli (l. 1979)

Onani

Aku gila, ingatanku sepenuh laut
Sepanjang malam aku telanjang memungut
Kepingan bulan di atas ranjang
Kejantananmu merampas hijau daun
Luruh di otakku, gairah angin
Pohon-pohon merambah jurang
Menyentuh getar malam
Disunting bayang-bayang

Kulumat tetesan letihmu di rintik hujan
pedangmu mengusung ribuan ayat
Kubaca di luar arus cuaca
Engkau kugilai sepanjang nafas perang
Akrobat di atas ranjang, permainan separuh impian
Darahku muncrat dalam erangan syair kudusmu
Yang mengalun membelah lautan

Langit melepaskan cuaca
Dari lambungmu, kata-kata muntah
Kabut mengembun dari samar cahaya
Kusimpan dalam peta purnama yang jauh
Suara-suara itu kan kian mendekati kemurungan
Cakrawala terbelah di atas gelas-gelas resah
Di antara kerinduanku dan sepi

Aku gila, badai mengupas ribuan ruh
Dalam riwayat hujan tafsir yang membara
Gairahku membeku di awal abad yang dahaga
Aku ingin kembali ke hutan melewati arus
Tak bertuan, matamu tak selamanya meriwayatkan
Cahaya di atas bukit hijau, cadas putih, tepian
Pantai yang hanya membekas dalam tatapan langit

Sebuah tirani menggaung di belahan laut
puncak keabadianku dalam sunyi
meraba cahaya dari ayat-ayat yang kau jadikan anggur
Ingatanku masih meraba segumpal daging
Kastik tua, hitam gaun malam, asap rokok
Pada upacara persembahan laut,
Waktuku Hanya sesaat mengikuti jejak hari ini
Dan lusa yang kehilangan kata

Aku mabuk dan gila, menelikung mimpimu
Yang berarak menjabarkan tasbih di atas mega
Kepakan burung merahasiakan senja, merumuskan
Dongeng mawar dan bendera yang selalu berkibar
Di antara ubun- ubun cuaca, aku ingin kembali
Memungut nafas dari tanah jiwamu yang tak terjamah
Isyarat perang, perjanjian dan tanda-tangan
Bukanlah kemerdekaan baru yang tergores di dadamu
Pembebasan impian, rumusan-rumusan hidup yang kau lukis
Genderang sunyi telah aku ledakan malam tadi

2006

Sumber: Nina Minareli Blog, 2006.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *