M.D. Asien
Gambir di Waktu Malam
lonceng katedral ‘nyongsong fajar –
embun buyar,
langkah buruh panjang-panjang – pegawai “Batavia”
di pojok sana … meringkuk
setengah menggigil,
rebekan,
kredak-dekil
– lalat pesta,
ngisap borok, koreng-kudis
sampah kota!
jam 12, ….
debu ‘nggolak
gado-gado tambah laris, obat pilek,
tukang beca keluncur, nyebar b.o.
tarik nyonya gemuk 0,1 ton!
… di park situ, jemuran ‘ngkibar,
fontein lumutan,
air Ciliwung merah,
anjing kaku tersangkut-sangkut –
cari tuma,
nunggu di teduh semak,
baju pengantin – setiap malam gelap.
sana-sini bayang-bayang gentayangan
“au chat noir” makin padat,
hitam-putih – anak Renville
igal-igalan
nuruti rytme edan!
….
laron keluar, menjauh terang
pupur tebal, nambah bopeng;
akhirnya, sayu mengerang
diterkam “singa-mahkota”
menggelepar separoh telanjang –
rumput hijau saksi buta.
Sumber: Mimbar Indonesia, Th. II No 6, 7 Februari 1948, dalam “Gema Tanah Air 2”, Ed. H.B. Jassin (Balai Pustaka, Cet. 5, 1968)