Gantari Yasa
Aku Kini
/1/
aku kini debu, menumpuk di kaca mataku
berusaha mengembalikan waktu ke liku-liku jalan
tempat kita berbincang, tentang tumpukan kendaraan
yang telah merenggut kita dari senja
/2/
aku kini nyanyi sunyi seringkali berhenti.
bukan purnama yang menahanku atau segenggam dingin
namun, jarak antara-kita-yang kian mengangkang
dalam dadaku, dalam kuyu mataku.
/3/
aku kini pelaut yang merindukan rumah
sebab tak mampu menahan rasa lapar
kapal-kapal terus-menerus terapung, mengantarkan aku
lebih dekat menuju langit, menyeretku menjauh darimu.
/4/
aku kini botol air, yang malas menampung air.
kemarau panjang tanah-tanah mengering
tiada lagi yang tumbuh, tiada lagi yang berbunga
hanya kesia-siaan, menanti harapan yang tak mungkin pernah sampai
/5/
aku kini jarum jam, yang memilih diam
sementara malam terus berganti,
siang makin gahar menyibak angin dan dingin
aku tak lagi kuasa lari dari apapun dirimu.
Sumber: Pikiran Rakyat, Minggu 11 September 2016