Puisi: Bayangan – Faisal Kamandobat

Faisal Kamandobat

sebelum aku pergi darimu
dan melepaskan lenganmu
dari lenganku
sebelum kita berjarak
dan di antara kita
cinta yang besar tergeletak
seperti mayat memohon ampunan
dengan lengan seputih awan
atau garam

pada saat itu kita tak peduli
peringatan yang ditiupkan angin
atau gelombang atau planet-planet
meski kita telah mendengar
lewat ribuan peristiwa
yang mengalir di darah kita:
bahwa cinta, dan mungkin hanya cinta
membuat manusia tak punya cukup mata
atau telinga atau hati
untuk mempercayai bukti-bukti

kita tak lagi merasakan lapar
yang memekik di jalanan, hutan
atau di dalam diri kita
seperti naga yang bahagia,
kita tak lagi percaya
pohon itu tumbuh dan sungai itu ada:
segalanya khayali,
juga bumi yang dipijak
tak hanya dengan kaki
tetapi juga tangan, jantung, kepala
yang tegak bagai batu

kini, setelah cinta
dibiarkan menanggung sekarat
pada leher dan tulang-tulangnya,
setelah cinta tak ada lagi yang memeluk
dan mempercayai,
segala yang dulu khayali
membuka telinga dan mata kita
yang diliputi kemayaan

segalanya kembali nyata:
matahari melewati almanak
dan hari-hari melintas
bagai kawanan burung
sungai-sungai mengalir di bawahnya
menampung batu yang sekeras bintang:
tapi di mana aku di tengah semua itu,
dan di mana kau dapat kutemukan?

sementara dari balik kehilangan besar
yang kita tanggung
dua lengan putih menggapai-gapai
bagai tangan kematian
mengaduk-aduk dada dan perut kita
seakan tengah mencari surga,
roti, atau apa saja yang tersisa
dari pertemuan panjang yang sia-sia

tak ada banyak pilihan
ketika cinta dan kematian
telah menjelma sepasang lengan:
kita hanya bisa memainkan
satu adegan: kita biarkan mereka
mengambil hidup yang kita kenakan,
sedang dari mereka akan kita curi
sepasang jiwanya yang abadi

2006

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *