Ari Pahala Hutabarat (l. 1975)
dari hari ke hari kau makin tak kukenali
wajahmu berubah
ada lubang yang menganga di sana
yang menjadi pintu bagi pecahan kaca
tenggorokanmu memanjang dan tersendat
seperti rel kereta api yang bergerak ke arah bukit
warna merah begitu menyala di ujungnya
seperti pesta kembang api pada perayaan hari kemerdekaan
rel yang memanjang itu yang mungkin dulu pernah merayuku
untuk tekun menyusur jejak di sepanjang pinggir sungai
yang membusuk seperti bangkai keledai
di pinggir hutan larangan
lengan dan jemarimu renta pohon akasia
dan kuku di ujung kemarau itu
hitam dan berdarah
seperti habis mengelupasi kerak-kerak cuaca
lalu di perutmu yang penuh nanah
mendekam ratusan ulat yang berkeringat
dan pangkal pahamu
yang dulu begitu pualam
sekarang seperti pulau tandus
yang cuma merasa berhak memelihara semak kaktus,
sisa air, dan pecahan cahaya matahari
sementara, kaki yang dulu setiap hari bergegas
mengantarku ke rumah kayu itu
kini mulai rapuh dimakan tanah dan nanah
karena itu, istirahatlah
dari hari-kehari kau semakin tak kukenali
ujarku pada tubuh yang kupandang di cermin itu.
2010
..Mbah bob kita ini makin ganteng..terutama puisi-puinya..hehehe
alhamduliah saya udah pernah ngobrol sama penyairnya