Puisi: Debur Maret Terulur – Agus Manaji

Agus Manaji (l. 1979)
Debur Maret Terulur

Debur Maret terulur, menjangkau samudera bagi kenangan
tak terkubur. Hilal menunjam punggung awan; sepetik fragmen
cinta yang lirih dan pedih, sebab orang-orang hanya lalu
dan enggan merintih. Tak ada keajaiban lagi, kini,
kecuali legit senyummu. Di bening matamu, Sayangku,
yang setemaram mata ibuku, kulihat satu tanggal mengombak
dan karam pada ufuk tak terukur. Debur Maret telah terulur,
membasahi lagi ingatan pilu tentangmu. Biarlah kusunyikan namamu
dalam rimbun sajak, sembari menyimak teriak gagak. Dan seperti nelayan
membaca rasi-rasi bintang, kusadap cahaya purba yang menghuni
lembah. Sembari menghempas tubuh ke tubir waktu. Menyurung ruh
sepenuh rindu. Menjelma angin mengibar kerudungmu,
agar tersenyum rahasia itu.

2007

Sumber: Pawon Sastra, 2008.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.