Puisi: Di Lampu Merah, Saya Teringat Rumah – Nissa Rengganis (l. 1988)

Nissa Rengganis (l. 1988)
Di Lampu Merah, Saya Teringat Rumah

Di lampu merah, puisi bertanya kepada puisi
Di lampu merah, anak punk bernyanyi
Di lampu merah, loper koran menjual berita basi
Di lampu merah, papan reklame menagih janji

Di lampu merah, polisi lalu lintas tertidur dan mendengkur
Di lampu merah, pedagang kaki lima tak punya kaki
Di lampu merah, ada yang terbunuh lagi
Di lampu merah, mimpi kita seharga koin recehan
Di lampu merah, ponselku berdering berulang kali

Di ujung telepon ada suara memanggil:
di mana rumahmu?

Di lampu merah, aku melihat Neruda
Di lampu merah, doaku tak terdengar lagi
Di lampu merah, disesaki tenda-tenda pengungsian
Di lampu merah, bahkan waktu pun terhenti

Aku bertanya pada sepi
di manakah rumahku?

Di lampu merah, abang becak menarik nasibnya
Di lampu merah, polusi janji-janji politisi
Di lampu merah, terkadang aku ingin bunuh diri
Di lampu merah, angk angka-angka tak berguna lagi
Di lampu merah, selalu saja aku ingin memesan kopi

Aku bertanya pada angin
Arah mana jalan menuju rumah?

Di lampu merah, apakah kau masih ingat Tuhan?
Di lampu merah, disesaki angkot tanpa penumpang
Di lampu merah, terlalu singkat untuk mengabarkan duka
Di lampu merah, kita memandang jendela yang sama
Di lampu merah, ada yang tak tahu harus ke mana?
Di lampu merah, aku teringat Rumah.

Setiap kali aku teringat rumah
setiap itu juga aku bertanya:
benarkah aku berumah?

2021

Sumber: Suara dari Pengungsian (Langgam; Tasikmalaya; 2021)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *