Puisi: Dua Pantai – Acep Zamzam Noor

Acep Zamzam Noor

Di antara dua pantai. Seperti juga alamat rindu
Tersesatlah kita dalam panjangnya sebuah ciuman
Serta rimbunnya sulur-sulur pohon kenangan:
Tenggelam dalam tahun-tahun yang bergaram
Hanyut dan megap-megap dicumbu kesementaraan

Setangga demi setangga menapaki keagungan upacara
Luput menggapai pangkal kata, menyerah pada debar dada
Kembali merayap dari banjar ke banjar, dari kandang babi
Ke kafe sunyi. Dalam mabuk kita melihat sebuah gambar
Dan nampaklah tubuh-tubuh yang bergelimpangan
Seperti patung-patung yang hangus terbakar

Tertawa karena langit kita masih biru adanya
Perahu masih melaju dalam naungan angin sakal
Dari tenggara. Kita membaca jejak pada kilau ombak
Menenggak arak serta kandungan filsafatnya
Hingga gairah mistik itu kembali membakar udara
Dan tubuh kita menjelma anak-anak panah yang menyala

Di antara dua pantai, seperti juga dermaga cinta
Terkulailah kita dalam letihnya sekian persetubuhan
Serta berlikunya jalan menuju ruang pemujaan:
Ternyata kemesraan masih mempunyai wilayah di bumi
Seperti juga kedalaman hati dengan riak-riaknya yang sopan

1996

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *