Puisi: Episode II – B.Y. Tand

B.Y. Tand

Sudah lama kita menukar perih dengan mimpi
dalam cuaca berkabut dan laut tak pernah tidur
semalaman. Jendela yang kita tutupkan berkali-kali
kemudian meninabobokannya dengan nyanyian renyai
yang turun perlahan-lahan dalam kamar, menampar-
nampar wajah kita, bangkit kembali membuka
daun-daunnya. Kemudian kita pun karam
dalam kerlip kunang-kunang ketika gelap turun
memasang lampu sepanjang jalan menuju
kesenyapan yang panjang.

dan langitu pun kemudian tertawa. Berderai
makin jauh. Sayup-sayup kita dengar suara
seseorang menyapa. Entah siapa di antara kita
yang lebih dahulu menangkap suara itu lengkap
Entah siapa.

1983

Sumber: Horison, No. 4, April 1984.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.