Muhammad Iqbal Baraas (l. 1972)
Jalan Mawar Jalan Perigi
dikepung detik
aku masih menyirami mawar
tak ada yang jatuh
atau pun rompol
wangi bunga
wangi bunga yang tak terkalahkan
oleh mimpi
kenangan yang curam
dan pisau yang terselip
diam-diam sampai terajam
siapa kau kan menyentak
melepaskan letusan
dari mortir berkarat
tapi rindu tak sedahsyat sayatan;
membekas
celaka
katamu,
kau mintai aku mawar bulan
tak ada
aku cuma punya kata
sebaris yang cemas mawar
wangi bunga, wangi bunga
wangi yang tak terkalahkan oleh muara,
pesisir pantai,
serta rindu ombak yang tak habis-habis
tapi siapa yang celaka
bayang-bayang taman
atau langit yang menggantungkan kamboja
dulu pernah kujanjikan
menghitung perigi dari sembilu
di dadamu
tapi yang tumpul dan runcing
tak kuasa kubedakan
wangi bunga
wangi yang tak terkalahkan jejak
membisik deras
mendesak-desak rindu
sampai nyeri
melambaikan tangan
tangan ajaib
mata gaib
sesalkan aku bila sesal
tambatkan aku bila karam
1998
Sumber: Mawar Gandrung (Akar Indonesia, Yogyakarta, 2018)