Mansur Samin (1930-2003)
Siapakah kau
nakhoda, bajak atau nelayan
awas lewat di sini anak cucu
ingat jembalang cermat siga gelombang
ini laut, kubur kisahku sepanjang zaman
Itu perahu
berisi pengantin baru
berlayar di pagi bersih
dua jiwa menyatu kasih
Silir ombak berdesiran
mengelus sanggul kembang haruman
mata dan kasih bersiutan
sibuk menjahit menolak sungkan:
tanganmu itu Nakhoda Ragam
jangan liar di tengah lautan
Bila Siti terus menjahit
diam sendiri terasa sunyi
ingin jemari bercumbu kasih
rangkullah Abang, peluklah mari!
Dhuh, matamu Siti sibintangpualam
mendebur rasa penuh kobar
dhuh, jelitamu Siti sipijargumilang
menjirat cinta kalbu menggetar
Santun orang di perahu
ada sopan tahu malu
Angin segar
kasih membakar
sitangan liar
merangkul nakal
Alihkan tangan Nakhoda Ragam
kita di perahu ingatlah sopan
apakah tega cinta terbuang
benam berdua mangsa lautan?
Sekalipun di laut
sekalipun di gelombang
rangkul cintaku
peluk kasih sayang
Menolak yang tak dapat ditolak
tangan merangkul sejadinya
cinta pun liar, liarlah jarum
menembus jantung
seraya terjun
Laut menggelora
jingga oleh darah
suara di mana-mana:
onarnya cinta
kerna ulah napsu manusia!
Siapakah kau
nakhoda, bajak atau nelayan
awas lewat di sini anak cucu
jika jumpa buaya putih
jangan takut anak cucu
itu jelmaan nenekmu Siti.
Sumber: Dendang Kabut Senja, tiga kumpulan sajak 1955 – 1970 (Gunung Agung, Jakarta; Cetakan: I, 1985)