A Mundjahit
Kedirian
selalu kucari ia, di sini
bertumpuk kertas mulai busuk oleh tetes-tetes darah
Kapan berjumpa? Dahagaku
rindu sekali dan ragu
malam-malam yang biasa kejelujuri sesuntak
kenapa didekap bayangan balau, kenapa
kalau begitu daerah mana lagi akan jadi pelarian
tidak. Selalu kucari ia di sini, di sini saja
selalu kucari ia dalam sajak
sampai kutemukan entah kapan
berangkali limabelas tahun lagi
atau bahkan setengah abah, kalaulah umur tak singkat
Yogyakarta, 1964
Sumber: Horison, No. 5, November 1966