Dwiarti Mardjono (l. 1935)
Kejaran
nanda,
berjuta lama nunggu begini
orang-orang sudah sejak lama lewat
sampai terangkut seluruh suka dan duka
tak sebuah pun tersangkut cerita
di awal pagi dipalingkan saja wajah
dari getaran yang ditumpangi kepapaan
karena,
begitu tercermin satu muka
yang sudah terlalu lama kehilangan warna
nanda,
pastilah engkau tahu
apa arti bulan ke sepuluh tahun ini
bulan dan tahun yang melahirkan wajah lesi
dan membesarkannya dalam kedunguan mimpi
nanda,
katakanlah katakan
tembang apa tersungging di hatimu
persembahan bagi keserbaan napas
meski terhadap satu wajah
dipahati bosan dan keasingan
bawaan nalurinya
nanda,
lembut jemarimu coba sentuhkan
pada sulur-sulur terjulai
dengarkan di angin yang membelai
terselinap tembang dan dara berwajah samar
gambaran kesangsian karna langkahnya terhenti
di huma yang sepi
seakan terasa lunglai di usia muda
tiada daya menahan panas dalam genggaman.
Yogyakarta, 1958
Sumber: Tonggak 2 (Gramedia, 1987)