Puisi: Kembang Heruni – Sengat Ibrahim (l. 1997)

Sengat Ibrahim (l. 1997)

Kembang Heruni

barangkali kau sudah tak mengenal pergi
sehingga begitu perkasa lari dari puisi.

pada awalnya sebuah andai
di depan kedai berkeramik putih pasai
ada seorang nenek berkulit sawo matang
menanam bibit bunga dan ia tak memberi nama.

sebelum pagi begitu lama meninggalkan subuh
sebelum tanaman di pekarangan pada tumbuh.

sebelum kembang heruni mengenal akar
si nenek secara tiba-tiba meninggal
setelah tiga minggu dari si nenek dikuburkan
pucuk kembang heruni mulai keluar.

tubuhnya hanya satu tak bercabang
daunnya lebih lebat dari daun mawar
warna kembangnya merah segar
beraroma kemenyan yang terbakar.

aku suka menciumnya dini hari
sambil membebaskan puisi dari
roh jahat penguasa negeri pertiwi.

seperti puisi ia senang mengajakku berlari
tapi aku sengaja menolak ajakannya kali ini
yakni:

mengajak berlari
berlari sejauh mungkin
meninggalkan puisi.

Yogyakarta, Minggu pagi, 12 Maret 17

Sumber: Suara Merdeka, Minggu, 2 April 2017

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *