Puisi: Kenangan Transit – Linda Christanty

Linda Christanty

Di O’ Hare, pegawai imigrasi mengira ia datang dari Narita
dan menunjuk barisan orang-orang Jepang.
Tapi ia melangkah ke belakang orang Jerman.
Lelaki Jepang di antrean tiba-tiba melengking bagai peluit polisi lalu lintas.
Dua lelaki tinggi besar berseragam biru tua bergerak cepat
bersama seekor anjing pelacak.
Tangannya sedingin es.
Lelaki itu frustrasi, khawatir ketinggalan pesawat lanjutan.
Antre terlalu panjang.
Ia juga khawatir.
Dalam koper, ada dua helai sajadah dari Herat untuk pameran.

Bocah perempuan di sampingnya memeluk Barney.
Sepasang mata birunya sewarna seragam petugas kebersihan
di sebuah pusat belanja.
Mata mereka bertemu.
Bocah pemalu menyembunyikan wajah di balik boneka dinosaurus ungu.

Robin sang kekasih berangkat dari Lagos tiga hari lalu, transit di Frankfurt
lalu terbang ke DC dan hari ini tiba di Sedona
Setiap tahun mereka merayakan Thanksgiving.
Kalkun isi, kentang panggang, ubi manis, kue labu….
Tapi bumiputra Amerika tergusur ke tempat-tempat penampungan.
Di Dakota, mereka dipaksa meninggalkan tanah terakhirnya
untuk jalur pipa minyak.
Manitou yang Agung diserang ledakan granat.

Ketika ia menyerahkan paspor di muka loket pemeriksaan,
benaknya dipenuhi dua potret tahun lalu:
perempuan berambut uban menatap seseorang yang memotretnya
di lokasi safari Kilimanjaro
dan Robin menatap ke arah seseorang, yang bukan dirinya
di tepi Sungai Lumi.

Sumber: Basa-Basi.co, 14 Februari 2017

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *