Irwan Bajang (l. 1987)
Kepulangan Kelima
1
Melewati depan rumahmu,
lampu desa yang remang mengejekku
halimun turun perlahan
menjadi selimut sepi yang menakutkan
membawa lari
rinduku pada perjumpaan
Seperti jalan protokol
pukul 10 pagi di Kuala Lumpur
Kau berkejaran, ingar bingar di kepalaku
Ini adalah kepulangan kelima
sejak tumbuh jakunku dan mulai bersemi kumisku
sejak takdir remaja desa
mewajibkan kami yang belia, merantau
mencari makan di tanah orang
2
Di tanah kelahiran
kepulangan dari rantau, hanya mengajakku terheran-heran
Masjid-masjid yang besar, kebun tebu tetangga yang kian kering
rumah-rumah penduduk dengan listrik yang selalu padam
pukul enam petang
Tapi ketahuilah
tak ada yang berbeda dari setiap kepulangan
meski kepulangan melahirkan pengalaman baru yang menyesakkan
rindu inilah
rindu inilah yang tak pernah padam, Aria
Kau menikah dan telah beranak pinak
sementara aku,
lihatlah wajah adik dan sepupuku
wajah yang makin asing, bahkan bagi lelaki pergi seperti aku
3
Malam makin deras
tanah basah
pada Februari yang suka sekali mandi
Aku datang kembali, Aria
rombonganku telah melewati semuanya
: jalan-jalan gelap, listrik-listrik yang padam
Juga jalan aspal yang bolong di depan rumahmu
Seperti usia remaja dulu, aku ingin datang lagi
kujemput kau dalam malam pertama mimpi basahku
usai kita berciuman di kebun tebu milik tetangga
sebelum akhirnya
gerombolanku gagal menculikmu sebagai istriku
4
Tapi, rantau? Tak ada lelaki satu pun di desa kita yang bisa menolak
rantau
hijrah ke Malaysia, Korea atau Saudi Arabia
sekadar jadi kuli hotel dan rumah tangga
atau buruh kelapa sawit dan menggantung nyawa
Masih kuingat kiriman surat terakhirmu
“kau selalu boleh berharap, tapi harapan dan kenyataan,
memang sungguh bukan rumus matematika”
Lalu kukirimkan balasan terakhir untukmu
“tak ada yang bisa mengkhianati kenangan
meski kita telah gagal menyelamatkan perasaan masing-masing”
5
Baiklah,
memang tak ada yang bisa kujanjikan
tak pernah ada kata pasti juga kepulangan yang punya jadwal
tapi jangan risaukan aku, Aria
di kepulangan kelima ini aku telah belajar tabah
belajar tulus dari banyak perjalanan
Hiduplah yang tenang
pergilah dan pergilah
mari kita pasang lambaian-lambaian
waktu adalah saudara kembar kenangan
padanya, telah kususun rapi segala rahasia dan ingatan
6
Tanah ini kelak akan selalu melarikan kita pada ingatan
: ciuman-ciuman rahasia
serta pengkhianatan api muda kita yang selalu jadi rahasia
Dan inilah kehilangan itu, Aria
7
Di album lama ini
masih tersisa wajah berahi kita yang remaja
menantang masa tua
yang akhirnya akan kualami sendiri
Lombok-Jogjakarta 2011
Sumber: Kepulangan Kelima (Indie Book Corner, Yogyakarta, 2013)