Wowok Hesti Prabowo (1963-2020)
Kita Luka
di dadamu matahari terbit tenggelam sepanjang hari
memanasi dapur. kibaran dasi menusuk hati
pabrik-pabrik tak berhati. hari ini yang tertembak
senapan phk antre. sama panjang penjari kerja
belati di pabrik tak milik kita lagi. tajamnya
tlah tergadaikan. kami tak boleh miliki belati lain
seperti nyamuk dituduh mengganggu dan ditangkapi
luka ribut dalam dada. rumput-rumput ditindih debu
burung pingsan teronggok di got. bulu indahnya berpelangi
bau napasnya limbah. di Tangerang ini aku njelma jadi batu
teronggok di got-got. bersama rumput
dijajah debu saat dasi berkibar lalu
ketika batu tak lagi diam ia juga dijaga ketat
seperti penjahat perang. aku memilih pecah meskipun dapurku
berantakan. yang putih telah dihitamkan hitam diputihkan
kantor-kantor mengobral angin surga. tak pernah berbunga
aku masih teronggok di got pabrik lain. kau sedang apa Narti?
diperiksa satpam saat datang bulan, diawasi saat salat
atau tanganmu masih luka saat tergencet mould? oh, aku sungguh
ingin membalutnya meski aku sendiri luka
kemarin aku lihat tanganmu terkepal luka di layar kaca
apakah kau juga membaca koran ketika aku pecah? barangkali
kita harus menggenggam matahari bersama-sama.
agar nurani terjaga.
Tangerang, 95/96
Sumber: Trotoar, Ayid Suyitnoo PS, dkk, Ed. (Roda-roda Budaya, Tangerang, 1996) lewat Angkatan 2000, Korrie Layun Rampan, Ed. (Grasindo, 20200)