Febrie Hastiyanto (l. 1984)
Langgar Al Muttaqien Rembang Petang
Langgar kami didirikan bersebelahan dengan Pasar Pagi. Menjaga iman kanak-kanak agar saban sore senantiasa mengaji. Dan godaan segala ding dong, karambol, nintendo, bantingan gaple serta kartu remi. Ejaan Iqro kami beradu kencang dengan mesin parutan kelapa. Dan imajinasi es tung-tung yang meruyak konsentrasi.
Langgar kami hangat oleh keringat. Berkejaran di halaman. Menanti-agar-tak-datang Pak Mustofa guru mengaji.
Langgar kami berimpitan dengan selokan. Tergenang kebiru-biruan. Limpasan kios ikan dan limb
ah rumah-rumah petak beradu dapur dan kamar mandi. Lorong-lorong tanah becek Gang Buntu. Dinding papan, bata merah dan tembok tertulis grafiti: selain anjing dilarang kencing di sini!
Tarawih kami 23 rakaat. Berkejaran dengan Kuliah Tujuh Menit di Masjid Padang dan lantunan takbir kesebelas Masjid Ogan. Cemas dilewati Sinetron Jendela Rumah Kita dan mini seri Friday di TVRI.
Petang ini menjelang lebaran. Tak usah sentimentil. Pak Mustafa sudah miring jalannya. Rambut menguban, ramah menyapa di beranda. Menggenggam tanganku dalam doa. Zakat fitrah terbayar tunai diterima.
Baradatu, 9 September 2010
Sumber: Tuah Tara No Ate: Antologi Puisi Temu Satra Indonesia (TSI) IV.(Ummu Pres:, Ternate, 2011).