Puisi: Lengkung Teluk Painan – Deddy Arsya (l. 1987)

Deddy Arsya (l. 1987)
Lengkung Teluk Painan

Ketika seumuranmu, ibuku dibawa perahu Bugis ke pulau terdekat. Matahari hanya sebesar telur penyu. Kau bercerita tentang nenek moyangmu, pasir-pasir melonjak dalam matamu. Seperti hantu dari masa lalu, kelepak terompah kuda, bendi yang dipacu terpaksa, dan erang sapi-sapi di padang-padang terbuka. Kita pernah bercita-cita membangun rumah dari semuanya. Aku pernah memberimu gelang dari pelepah pinang. Kita pernah berjanji untuk tak saling meninggalkan. Kita akan seperti sepasang burung, merajut sarang di satu dahan. Elang nasib berkitar-kitar di atas kepala. Tapi lengkung teluk ini – biduk-biduk nelayan, dan kota kecil bau ikan, pelabuhan kapal agak ke selatan, pekan tripang, lokan, dan umang-umang, derak pedati yang sesak muatan. Lenguh kerbau di tanjakan – telah mengajarkan kita untuk saling melupakan.

Sumber: Kompas, Sabtu, 2 Februari 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *