• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Deddy Arsya

Puisi: Kiamat di Hari Kamis – Deddy Arsya (l. 1987)

Posted on 1 Mei 20201 Mei 2020 by Editor

Deddy Arsya (l. 1987) Kiamat di Hari Kamis Hari Sabtu ini malaikat akan mencabik baju di dadanya sendiri payudaranya akan menyumbul seperti kecambah kacang yang baru berumur tiga hari para […]

Posted in Puisi Tagged Deddy Arsya, Puisi Leave a comment

Puisi: Lengkung Teluk Painan – Deddy Arsya (l. 1987)

Posted on 1 Mei 20201 Mei 2020 by Editor

Deddy Arsya (l. 1987) Lengkung Teluk Painan Ketika seumuranmu, ibuku dibawa perahu Bugis ke pulau terdekat. Matahari hanya sebesar telur penyu. Kau bercerita tentang nenek moyangmu, pasir-pasir melonjak dalam matamu. […]

Posted in Puisi Tagged Deddy Arsya, Puisi Leave a comment

Puisi: Tangsi untuk Ahmad Marzoeki – Deddy Arsya (l. 1987)

Posted on 1 Mei 20201 Mei 2020 by Editor

Deddy Arsya (l. 1987) Tangsi untuk Ahmad Marzoeki Di situ, empat orang raja, duduk bersila di atas munggul kayu tua. Ada tiga orang tuanku menitah pada burung, seperti bunyi gesek […]

Posted in Puisi Tagged Deddy Arsya, Puisi Leave a comment

Puisi – Rosnida Mencari Laki – Deddy Arsya (l. 1987)

Posted on 1 Mei 20201 Mei 2020 by Editor

Deddy Arsya (l. 1987) Rosnida Mencari Laki Tidak berfaedah kerjamu itu, Rosnida ibunya memekik-mekik di pangkal jenjang Tapi dia berbedak juga sore-sore hari mencari laki ke Pasar Atas atau ke […]

Posted in Puisi Tagged Deddy Arsya, Puisi Leave a comment

Puisi: Pacu Sapi di Simabur – Deddy Arsya (l. 1987)

Posted on 21 Januari 20171 Mei 2020 by Editor

Deddy Arsya (l. 1985) Di kepalamu ada sapi-sapi besar panjang bertanduk Berlomba lari di medan pacuan Membawa karavan yang di atasnya Masa silam duduk sendirian dengan cemeti di tangan Sapi […]

Posted in Puisi Tagged Deddy Arsya, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani