Puisi: Mata Pensil – N.A. Marimde

NA Marimde
Mata Pensil

: AGJ

Ia ingin menaruh kebun dalam ceritanya.
Kebun yang lunak di bibir cangkul dan bebiji. Kebun untuk
menggemukkan akar jadi rempah dan menanjakkan tangkai
bagi bunga. Dan kebun, ketika burung menuruni angkasa dari
ulat pengunggis buah yang rusak.
Ia bubuhkan aneka warna pada helai-helai tanaman
yang menggoyang hati pemamah dan petani, karena saling
memikul nasib. Nasib yang tanpa lelah dibalik dan disemai,
Nasib tentang bagaimana menghadapi hari-
hari untuk berhemat:
Ketika nanti ia berusia 7 tahun, dan tagihan terus
bertambah dalam usia ibunya. Seperti esok, tangga yang
mesti dicapai, hingga batas pun tampak. Batas antara
hidup diambang dan dikenang.
Tapi ia ingin di kamar saja, menggambar wajah ibu.
Wajah yang tahu memilih gembira atau sedih di depannya.
Meski mulut yang rajin mengomeli ia yang jika nakal serupa
Makhluk pengerat, juga manja ialah seekor pengeong yang
tak bosan menganjurkan leher.
Dan ia pun tak bosan melintaskan gurat-gurat kuning, hijau
dan ungu pada ceritanya, perihal kebun yang dibentangkan mimpi
di tangan ibunya yang selalu terbuka ke suatu arah. Arah
yang digambarkan ia sebagai rumah.

2014

Sumber: Pikiran Rakyat, 28 Desember 2014

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *