Abu Wafa (l. 1990)
Menunggu Banjir
kami bersahabat baik dengan air
terutama yang berjumlah melimpah
karena kolam renang sulit ditemui
dan tiket yang mahal menjadi
alasan utama ibu melarang:
“lebih baik untuk makan.”
kecuali sungai yang penuh tai dan
banjir yang datang kadang-kadang
ibu tidak melarang. hanya mewanti-wanti
“jangan lama-lama. kau bukan ikan.”
rumahku salah satu pembenci banjir
tiap kali air meluap dari sungai,
mengetuk pintu, ayah memindahkan
kasur, televisi, kipas, ijasah dan
benda-benda berharga yang mudah basah
ketika banjir hampir setinggi separo pintu
orang-orang dewasa berusaha
menenangkan air yang masuk
dengan timba, karung pasir, atau apapun
yang mampu mereka gunakan
kami menghalaunya dengan kesenangan
berenang, bermain koin,
atau mendorong perahu karet
yang minta pertolongan
siapa yang tidak menyukai dikunjungi sahabat baik?
setengah hari, banjir mengunjungi kami
Ibu dan ayah membenarkan letak isi rumah
jangan tanya kami sedang apa
tubuh kami penuh sirip dan keriput
2015
Sumber: Cara Menghitung Anak (Delima, Surabaya, 2017)