Jun Nizami (l. 1986)
Nota Elegia VI
Malam ini, akhirnya aku memiliki keinginan untuk
tak memiliki hasrat pada apapun. Angin letih tertidur
di beranda, setelah berabad-abad menjadi seorang
pengembara. Menyampaikan pesan, salam kangen,
dan doa-doa. Menyaksikan seluruh peperangan
serta hakikat karma
Akhirnya aku memiliki keinginan untuk tak memiliki
hasrat pada apapun. Pada hidup. Pada malam yang begini
buruk, membaca novel ataupun menulis puisi hanya akan
membuatnya lebih prosaik dan membosankan
Tapi barangkali, demi rasa bosan, untuk yang terakhir kali
(inilah kukira alasan paling buruk di muka bumi;
aku berjanji, ini yang terakhir kali) aku akan pergi ke
sebuah stasiun, pura-pura bertanya, pura-pura melihat
jadwal kereta tiba
Untuk yang terakhir kali, duduk menunggumu.
Pura-pura mengantuk, lantas pura-pura pula menelpon;
“Kau di mana?”
Atau,
“Kau sudah sampai mana?”
“Penuhkah keretanya?”
“Aku menunggu!”
Kemudian, “Miss you.”
Lantas menangis, tentu jika tak terlihat
seorang pun. Menangis, untuk bukan apapun
Tetapi barangkali, telah ada seseorang yang
mengawasiku sedari tadi, lantas menghampiriku
dan bertanya;
“Anda menangis?” dan barangkali akan kujawab,
“Tidak.” Tetapi barangkali ia akan merasa heran,
“Tetapi air mata anda berjatuhan?”
“Barangkali mereka sudah enggan bertahan,
Atau mereka sekedar ingin jalan-jalan sebentar.”
Barangkali kemudian ia akan tertawa, lantas menyimpan
seorang gila dalam pikirannya. Atau mungkin buru-buru
memperbarui pertanyaannya. Semisal;
“Anda cemas menunggu?” Dan tentu, pertanyaannya
akan kujawab, “Ya..”
tetapi, ”Oh.. Tidak. Tidak.”
Setelah itu barangkali ia akan paham, bahwasanya
aku adalah seorang yang telah kehilangan.
Kehilanganmu. Tidak, tetapi aku tidak kehilanganmu.
Aku mencarimu. Tidak, tetapi aku tidak mencarimu.
Aku menunggumu. Tidak, tetapi aku tak menunggu
siapapun. Barangkali dungu, seorang sia-sia menunggu
seseorang yang tiada. Sia-sia. Sebab pencari ialah
mencari sesuatu yang tak ada.
Sumber: Medium Jun Nizami