Puisi: Percakapan Angin dan Jendela – Alizar Tanjung

Alizar Tanjung

angin bertemu ke jendela dengan tangan besar dan kasar,
ia tampar jendela, berdentang daun jendela kayu ke kusen.
berbalik jendela menampar angin, angin dan jendela berulang
saling tampar. angin dan jendela sama-sama tertawa.
lucunya pertemanan ini, pikir mereka.
air mata angin dan jendela tumpah karena tertawa.

“seberapa lama lagi kau setia menamparku,” ujar angin
sembari meringankan sakit di pipinya.
“selama perantau itu mengunci pintu dari luar.” jendela
memandang dirinya: papan, balok tipis melintang, paku,
gorden tua. “selama kau mencumbuku sehabis panas dan
hujan,” goda jendela mengedipkan mata.

diri jendela perlahan luntur, dia mencium bibir angin,
melepaskan hasrat bertemu, membiarkan daun di halaman
jatuh menimpa mereka, jatuh ke tanah, lebur.

(rumahkayu, 2013)

Sumber: Koran Tempo, 21 Juli 2013

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *