Puisi: Pernyataan Perkutut – A. Muttaqin

A. Muttaqin

Bagaimana mungkin sang kutilang, burung penyair yang riang
dan rajin sembahyang itu mengoceh di pucuk pohon cemara
bahwa akulah yang menghasut burung puter dan derkuku.
Tidak. Sebagai burung penyair yang mahir menaksir sejarah
dan rahasia burung-burung purba, pasti ia tahu kalau leluhurku
sama belaka dengan leluhur burung puter dan derkuku itu.
Mengapa pula gagak, burung sepuh yang mengerti rahasia kelam
dan ekmatian itu, percaya begitu saja ocehan kutilang dan berfatwa
kepada jalak prihal pelik yang sungguh-sungguh tak diketahuinya
Bagaimana mungkin, sebagai burung  salik aku tega terhadap
pertumpahan darah dulur-dulurku, burung puter dan derkuku itu.
Bagaimana mungkin sekeji itu prasangka mereka terhadapku.
Sungguh, itu adalah ekbodohan yang nyata. Pun tak patut bila
mereka menghujat beo, burung latah yang setia mengocehkan
ayat-ayat hutan, sebab begitu tafsir tugas yang dilepas ke lidahnya.
(2016)
Sumber: Kompas, Sabtu, 10 Desember 2016.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *