• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

A. Muttaqin

Puisi: The Cracked Eggs – A. Muttaqin

Posted on 12 November 2017 by Editor

A Muttaqin The Cracked Eggs Tirai panggung dibuka: dalam siluet remang sebutir telur berangsur retak menetaskan kunang-kunang menetaskan kunang-kunang. Tidak, tidak, itu bukan kunang-kunang mereka adalah tujuh pemuda gondrong kurus […]

Posted in Puisi Tagged A. Muttaqin, Puisi Leave a comment

Puisi: Pernyataan Perkutut – A. Muttaqin

Posted on 11 Agustus 201711 Agustus 2017 by Editor

A. Muttaqin Bagaimana mungkin sang kutilang, burung penyair yang riang dan rajin sembahyang itu mengoceh di pucuk pohon cemara bahwa akulah yang menghasut burung puter dan derkuku. Tidak. Sebagai burung […]

Posted in Puisi Tagged A. Muttaqin, Puisi Leave a comment

Puisi: Pandangan Elang – A Muttaqin

Posted on 11 Agustus 201711 Agustus 2017 by Editor

A Muttaqin Bangsatlah para serigala yang mengajar perang kepada kabilah-kabilah satwa di hutan sana. Bangsatlah celeng-celeng yang mengajar rasa rakus kepada sekalian satwa yang gampang mampus oleh lapar Telah kutinggal […]

Posted in Puisi Tagged A. Muttaqin, Puisi Leave a comment

Puisi: Hari Penghabisan Letnan Dan – A. Muttaqin

Posted on 30 Juli 2017 by Editor

A. Muttaqin Di pondok pelacur itu ia isap cerutu buntu. Di pondok pelacuran itu ia sesap candu keluh. lalu bernyanyi-nyanyi ia tentang buntung kakinya tentang buntung nasibnya tentang tititnya yang […]

Posted in Puisi Tagged A. Muttaqin, Puisi Leave a comment

Puisi: Burung Hantu – A. Muttaqin

Posted on 9 Januari 2017 by Editor

A. Muttaqin Aku melihatmu terbang, melayang, tanpa beban. Sayap dan bulu bukan bagianmu tapi kelebatmu lebih ringkih dari buih dan mimpi. Aku mencintaimu sedalam malam, seluas insomnia, sebab kau wujud […]

Posted in Puisi Tagged A. Muttaqin, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani