Frischa Aswarini
Petang Penuh Pujaan
: Desa Tenganan
Bila ini sudah waktunya,
maka menarilah
sebagaimana biasa
seperti dedaunan
pada bukit dan hutan kayu
Atau tirukan suara kuda itu
yang menyisakan penggal jejak
di dinding batu
desa tua ini
di mana seekor lebah
tertidur lelah
di ujung atap
mengigau tentang kemilau embun
yang jatuh di rambutmu
di petang
penuh pujaan ini
Menarilah bagai
setangkai ranting
di mana alunan surgawi
mungkin menghanyutkanmu
ke mata air
Kembali pada ruh
Kepada tubuh
tak tersentuh
yang menyelipkan namamu
di celah indah sebatang pohon
tempat tinggal para leluhur
Sentuhkan jarimu
pada genang cahaya
dan junjunglah doa ini
hingga tak ada dewa
yang memberimu dosa
ujarkan pula padanya
tentang wangi dupa
dan asap bunga
yang mengawankan angan
masa depan seorang belia
atau seekor lebah tua setia
yang mati sia-sia
Menarilah saudaraku
seperti nyanyian surgawi
seperti ingatan pada leluhur
yang tak kuasa
tiada
Sumber: Syahrazade.com, 12 Agustus 2017.