Pertiwi Hasan
setiap akhir tahun
perjalanan
kita tutup anganan sementara perjuangan
dengan rpt pemegang saham
dengan mengaca dendam
atas keterbatasan keadilan
dalam ketidakbersamaan
kalau kita menuntun
mestinya bisa menuntut
akal tumpul terpuruk
setiap awal permainan
ada peraturan
kita buka
dengan suara mayoritas
denagn suara minoritas
dalam ketidakpastian
setengah ditambah satu
menjadi penentu
selalukah begitu?
di mana nurani kalbu?
setiap awal ada akhir
mungkin di sini
berpisah diri
tanpa iri
atas rizki tak bersambung
karena sepakat tuju
teori motivasi
hanya gemba MBA
hanya kata bawah kursi
dikunci
di atas meja di ruang tamu
masih ada
karangan bunga
plastik debu gagu
tanda awal kita bertemu
berpuluh tahun lalu
di sebelah ada
akta lusuh
terus menunggu
pilu
Sumber: Topeng Pesisiran (Balai Pustaka; Jakarta, 1994)