Sindhunata
Anak bajang
menggiring angin
naik kuda sapi liar
ke padang bunga
menggembalakan kerbau raksasa
lidi jantan sebatang
disapukan ke jagat raya
dikurasnya samudera
dengan tempurung bocor
di tangannya
di gelaran sayap garudayaksa
naik anak bajang
ke bukit hardacandra
janur gebang berayun-ayunan
anak bajang berarak-arakan
dalam iring-iringan panjang
para pencagakan dan kemamang
di belakang riang memanjang
barisan warudhoyong dan singabarong
dhenokongkrong dan dhadhungwinong
berkebit-kebit di ekor
anak-anak carubawor
paro petang bulan purnama
lelap tertidur anak bajang
dekat perapian kundakencana
dibelai gading gajahmeta
dan bisa permata nagaraja
dengan tikar daun runya
dari negeri atas angin
berhembus nafas
naga giyani dan mintuna
meniupkan samirana dukula
anak bajang terbang
hingga ke puncak mandira
menari-nari bersama kukila
di bawah perempuan menangis
melahirkan pedang
dari luka-luka kedukaan
sedih anak bajang bertanya
bunda kenapa
kaurobek kainmu dengan darah
sedang hendak merayap aku
di antara dua bukit-bukitmu?
gelap pun gulita
dengan empat nafsu cahaya
anak bajang menyalakan dian
teja darpasura
bumi bergoncang
dahana menyala
jaladri pecah
prahara melimbah-limbah
anak bajang dikejar dua manusia
senjatanya pedang emas
payung kencana
menghadang di sana raksasa
mulutnya berlumuran darah
ikan berbisa
anak bajang meronta-ronta
menolak susu wanita
yang menutup payung hitamnya
gemuruh malam kumbang
ular jantan di kiblatan
dipeluk petang jalanan catur denda
anak bajang lari menubruk sunya
langit mendung hujan bintang
matahari padam senyum bulan muram
kusuma terbang merebut singgasana awan
bidadari turun telanjang
di madu-madu buah dadanya
menyusu anak bajang
sekeras duka-dukanya
tangis dan sorak gambiralaya
lahir di saptapratala
dunia tua berusia bayi muda
1983
Sumber: Air Kata Kata (Galang Press dan Bayu Media, Yogyakarta; Cetakan : II, Maret 2004 (Cet. I, 2003)