Puisi: Setelah Matinya Cilinaya – Ilham Rabbani (l. 1996)

Ilham Rabbani (l. 1996)
Setelah Matinya Cilinaya

1.
Yang hidup
di luar peti hanyut
adalah wangi nama,
janji-janji,
juga jejak pekerti.

2.
Namamu
wangi setanggi:
pada pengintaian itu
diterpa angin,
ditepis lapang
daun-daun ketapang.

Keris setajam
tanduk menjangan,
lesap di hulu
keluk dan lekuk
sungai-sungai
sepanjang
rumit tubuhmu.

3.
Tetapi apa
yang kembali
selepas napas
kita tuntas?

4.
Pada lancip
lidah para pengisah:
beringin tumbuh
di atas sebutir pasir;
rotasi bumi
berbalik arah;
matahari redup, padam
tak pernah
menyala kembali;
dan mereka yang moksa
dibuatkan lagi raga
dari lempung kata-kata.

5.
Aku menamaimu
Cilinaya: yang lampau
sekaligus asing,
tetapi kebajikan
menyamakan anggukan
para pendengar waran
yang budiman.

Aku menamaimu
Cilinaya: ilusi-ilusi
sepanjang larik cerita,
perihal darma;
perihal yang rawan
ditambal-sulam;
perihal yang kerap
disulap tangan
mereka yang nampang
di tinggi pelang-pelang.

6.
Yang tetap hidup
setelah peti hanyut
adalah wangi nama, manipulasi,
juga janji-janji yang pura-pura
tak pernah kita
ingat lagi.

Lombok, Agustus 2020


Sumber: Bacapetra, 20 November 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *