Puisi: Sjair Anak Perempoean – Anonim (1910)

Anonim (1910)
Sjair Anak Perempoean

1

Ini syair satu pelajaran,
Buat anak perempuan punya aturan,
Supaya bisa mendapat satu pikiran,
Supaya menjadi suatu pengajaran.

2

Ini syair buat satu peringatan,
Buat anak perempuan punya catatan,
Simpan di hati sebagai ikatan,
Jangan sampai tersalah perbuatan.

3

Saya tulis di dalam syair,
Supaya diingat mesti dipikir,
Segala masak en menjahit biar mahir,
Perintah ibu bapak jangan mungkir.

4

No. 1 jangan pergi ke mana-mana,
No. 2 rajin kita mesti berbenah,
No. 3 jangan pergi sini sana,
No. 4 boleh jadi kita dapat bencana.

5

Lebih baik kita betulin rumah tangga,
Dari kita pergi percuma menenangga,
Coba kita pikir dengan duga-duga,
Jangan sampai kita turun harga.

6

Lebih baik kita masak-masakan,
Apa yang patut mak bapak makan,
Jangan hangus kalau goreng ikan,
Perabot rumah tangga jangan berantakan.

7

Biar mengerti juga segala kue-kuean,
Jangan dibikin tambah lumayan
Ingat apa yang ibu bapak doyan,
Itu mesti pelajarkan sekalian.

8

Meski ingat ini syair pelajaran,
Buat anak perempuan ini aturan,
Biar sedap kalau masak sayuran,
Jangan asing dan ketawaran.

9

Kalau asin atawa kurang rasa,
Tentu tidak sedap dan tidak terasa,
Dicela orang menjadi susah,
Kita jadi malu setiap masa.

10

Meski ingat syair pesanan,
Sama pelajaran jangan pembosan,
Masak-masakan jangan keasinan,
Jangan sampai dicela kiri kanan.

11

Jangan sekali menenangga percuma,
Kalau melancong jangan lama-lama,
Lebih baik diam di dalam rumah,
Dengan pekerjaan kita bersama-sama.

12

Jangan pergi tempat yang jauh,
Segala pekerjaan kita mesti tahu,
Pelihara badan jangan berbau,
Jangan sampai dekat orang tak mau.

13

Lebih dulu kalau bangun pagi,
Jangan bangun lantas pergi,
Cuci muka bersusur gigi,
Perabot rumah tangga diatur lagi.

14

Habis mandi tukar pakaian,
Berbenah yang rapi atur sekalian,
Kalau rumah tangga bersih dapat kepujian,
Jangan sampai seperti macam buian.

15

Ini kendi air dari tempayan,
Serta biar patut taruh sajian,
Gelas en Gergeleet bersihihin sekalian,
Jangan seperti macam rumah suhian.

16

Meski yang rapi kalau kita berbenah,
Serta dengan biar sempurna,
Dari kita pergi sini dan sana,
Bukan itu tidak sekali berguna.

17

Kalau masak nasi sayur en kopi,
Habis sajikan yang rapi-rapi,
Sajian kita mesti tutupi,
Jangan kejatuhan cecak en sawang api.

18

Kalau kebetulan ada punya mertua,
Jaga hati-hati jangan kececwa,
Maka kita biar mengerti semua,
Meski diingat pesan petuah.

19

Hati-hati kalau ada punya ipar,
Jangan sampi perutnya lapar,
Jangan bersuami orang yang cupar,
Setiap harilah kena tampar.

20

Meski ingat pesan petuah,
Meski turut pengajaran orang tua,
Di depan mertua jangan tertawa,
Meski mengalah pada ipar semua.

21

Kalau ipar-ipar empunya kata,
Di hadapannya jangan salahkan sepatah,
Supaya ipar menaruh cinta,
Dikasih sayang kepada kita.

 

Sumber: Meneer Perlentee (Badan Bahasa, Jakarta, 2009); dari Poetri Hindia, No. 5, Th. III, 15 Maret 1910.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *