Puisi: Tamasya – Soni Farid Maulana

Soni Farid Maulana

– untuk Rendra

 di pantai laut merah di tepi kota Jeddah
tak kutemukan jejak musa selain deretan cafe
dan wajah para pelancong yang lelah
yang datang dari negeri jauh, yang menyandarkan
tubuhnya di kursi kayu, melepas pandang matanya
ke luas biru laut bertilam lembut angin panas
dengan ombak yang tenang

pemandangan seperti ini pernah aku lihat
dalam sebuah lukisan di sebuah galeri kota paris
ketika musim dingin menggigilkan daging dan tulang
dan kau tak ada di sampingku. Hanya pekik burung
yang aku dengar sore itu, sebagaimana aku dengar
siang ini di tepi pantai laut merah di tepi kota Jeddah
dan kau tak ada di sampingku

kini aku terperangah mendapatkan kaligrafi usiaku
memutih di tujuh helai rambutku, yang disingkap
lembut angin laut musim panas. ”Yang Maha Hakim
jangan sampai hamba karam ke dasar palung hitam
bagai fir’aun, yang lalai mengingatMu,” suara itu
aku dengar di tempat ini, bikin ruhku gemetar,
o menggelepar, layak seekor ikan di paruh
burung itu. Di paruh burung itu

2008

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.