Puisi: Trucuk – J.J. Kusni (l. 1940)

J.J. Kusni (l. 1940)
Trucuk

1.
dari desa trucuk ini nampak puncak prambanan
bagai jari menuding langit menunjuk jauhnya harapan
pernah tiga tahun remaja dulu
bersama penduduk aku jatuh-bangun mengejarnya
kulihat benar
mimpi dan harapan itu
adalah tenaga riam
mengalirkan arus dari sumber di hulu
putih-putih kilap arusnya di hulu
putih-putih kilap arusnya di sela batu
putih-putih ketulusan hati dan mimpi penduduk trucuk
mengalir ia mengalir ke muara di sela batu-batu derita
mengabad
ketidakacuhan daki-daki jiwa mereka dibasuh bergulatan
sampai pada bulan itu september langit hitam kelabu
angin amis darah busuk bangkai ketika tiba kawanan
serdadu maut
dalam satu lubang besar petani-petani penyemai mimpi
digiring dan ditimbun di lumpur sungai tertanda masih di
hari ini
terdiam prambanan di hadapan masakre putra-putrinya
terdiamj seluruh desa terdiam ayam-ayam piaraan
anjing-anjing sepi sendiri menunggu tuan tak pulang-pulang
pernah di trucuk mimpi pun jadi terlarang

2.
kemarin ke trucuk aku datang
prambanan memandangku dalam pada mata
sungai di kakinya menyapa sendu tanda aku dikenalnya
trucuk! kutulis baris-baris ini tanda puisi kehidupan arus
terus mengalir

3.
trucuk! perempuan sederhana pengasuh remajamu
tikaman demi tikaman jangan bayangkan usai di satu
bulan
cinta matang ditanyai waktu apakah kepadamu aku setia
baris-baris sederhana ini pandanglah bagai tanda
pengenal janji semula

4.
trucuk, perempuan pengasuhku dengan cinta tak pernah
tua
hari ini aku datang dengan putir busu yang mimpi
menatah bumi
ingin membaca lembaran-lembaran duka penduduk
sengaja disobek
kalian mengambutku dengan gaya jawa, kalian pun
menyambutnya
kuyakini lalu hidup itu tanahbumi sedangkan cinta
mataharinya

 

Sumber: Sansana Anak Naga dan Tahun-tahun Pembunuhan (Ombak, Jogjakarta, 2005)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *