Kedung Darma Romansha (l. 1984)
Tujuh Hari di Malam yang Sama
lupakan mimpi tujuh malammu
dan mulailah belajar berbohong.
mari! sebentar lagi perburuan akan dimulai
di tiap tikungan atau gang-gang sempit
kau akan menemukan kepala yang meleleh.
bola mata hijau. sepatu hijau.
jalan-jalan hijau. gedung-gedung hijau.
harapan yang hijau.
jalan-jalan cuek
masa depan merangkak dan hibuk
berdesakan, di dalam rencana yang macet
dan selokan-selokan yang mampet.
“Hello, apa kabar?
jam berapa sekarang?
libur akhir pekan akan sama:
kopi dan berita korupsi,
iklan coca cola dan pepsi,
selamat menikmati.”
suara mesin berdengung di kepala
mungkin itu rindu
atau suara emakmu,
“Kota tidak membuatmu lupa jalan pulang kan?”
rambu-rambu jalan padam
kota padam
senja melipat cahaya
dan orang-orang berumah di kepala.
tutup kembali jendelamu
lupakan kejadian yang padam di jalan
pasang selimut dan jadilah pemimpi yang pemberani!
* Puisi ini diilhami dari instalasi “Bangun Tidur Kuterus Mandi” karya Sumbul Pranowo.
Sumber: Basabasi.co – 26 April 2016