• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

kedung darma romansha

Puisi: Toko Kaji Dunya Kalah Jimat – Kedung Darma Romansha (l. 1984)

Posted on 16 November 201916 November 2019 by Editor

Kedung Darma Romansha (l. 1984) Toko Kaji Dunya Kalah Jimat kata orang tua dulu, hanya keturunan kaji yang bisa munggah kaji. maka dengan bekal silsilah, toko kelontong, dan sawah Kaji […]

Posted in Puisi Tagged kedung darma romansha, Puisi 1 Comment

Puisi: Ketika Malam Menyentuhmu – Kedung Darma Romansha (l. 1984)

Posted on 16 November 201916 November 2019 by Editor

Kedung Darma Romansha (l. 1984) Ketika Malam Menyentuhmu ketika malam menyentuh tubuhku, tubuhmu menjadi dingin. angin di luar ditenangkan suara kodok kawin “kapan kita mengalahkan suara kodok kawin?” dan bancet-bancet […]

Posted in Puisi Tagged kedung darma romansha, Puisi Leave a comment

Puisi: Cerita Semalam dari Kota Mangga – Kedung Darma Romansha (l. 1984)

Posted on 29 Maret 2018 by Editor

Kedung Darma Romansha (l. 1984) Cerita Semalam dari Kota Mangga kenangan itu runtuh dari matamu malam roboh di bahumu. sebab setiap jeluk tubuhmu memuat timbunan masa lalu. di situ kau […]

Posted in Puisi Tagged kedung darma romansha, Puisi Leave a comment

Puisi: Tujuh Hari di Malam yang Sama – Kedung Darma Romansha (l. 1984)

Posted on 28 Maret 201828 Maret 2018 by Editor

Kedung Darma Romansha (l. 1984) Tujuh Hari di Malam yang Sama lupakan mimpi tujuh malammu dan mulailah belajar berbohong. mari! sebentar lagi perburuan akan dimulai di tiap tikungan atau gang-gang […]

Posted in Puisi Tagged kedung darma romansha, Puisi Leave a comment

Puisi: Tebu – Kedung Darma Romansha

Posted on 28 Juli 2017 by Editor

Kedung Darma Romansha hiruplah wangi tubuhku kau akan tahu ke mana dialamatkan darahku: kota-kota yang dikristalkan di buku-buku yang berdebu. hiruplah bau tubuhku dari tulang-tulang besi berkarat ketel yang terbatuk-batuk […]

Posted in Puisi Tagged kedung darma romansha, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani