• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Dedet Setiadi

Puisi: Petak Umpet – Dedet Setiadi (l. 1963)

Posted on 12 Juli 202112 Juli 2021 by Editor

Dedet Setiadi (l. 1963)Petak Umpet kita adalah para kanak yang berlarian mengelilingi tubuh sendiri mencari yang sengaja bersembunyi dan disembunyikan seperti air mata seorang ibu yang bersembunyi di balik sungging […]

Posted in Puisi Tagged Dedet Setiadi, Puisi Leave a comment

Puisi: Di Kebun – Dedet Setiadi (l. 1963)

Posted on 12 Juli 202112 Juli 2021 by Editor

Dedet Setiadi (l. 1963)Di Kebun ada yang menunggu daun gugurseperti kita yang setiap hari berkelakardengan jarum jamia, si penunggu daun gugur itu, tak pernah tuaduduk di akar tubuhnya sendirisebagai pecinta […]

Posted in Puisi Tagged Dedet Setiadi, Puisi Leave a comment

Puisi: Peta – Dedet Setiadi (l. 1963)

Posted on 15 Agustus 201815 Agustus 2018 by Editor

Dedet Setiadi (l. 1963) Peta Aku pilih jalan untuk mengusung ketenangan di pos paling ujung kubiarkan segala percakapan tewas menumpuk seperti barisan nisan di pekuburan Tak ada lagi sisa waktu […]

Posted in Puisi Tagged Dedet Setiadi, Puisi Leave a comment

Puisi: Sajak Sebelum Berangkat – Dedet Setiadi (l. 1963)

Posted on 23 Februari 201715 Agustus 2018 by Editor

Dedet Setiadi (l. 1963) Sajak Sebelum Berangkat Aku sudah harus berangkat memasang kerekan timba di bibir sumur tua menuang doa di talang-talang jiwa agar mengendap di gentong kesabaran senja sebelum […]

Posted in Puisi Tagged Dedet Setiadi, Puisi Leave a comment

Puisi: Sajak Para Pendaki – Dedet Setiadi (l. 1963)

Posted on 23 Februari 201715 Agustus 2018 by Editor

Dedet Setiadi (l. 1963) Sajak Para Pendaki Kita adalah para pendaki Menaklukan gunung yang menjelma dalam diri Bertangga-tangga Memaknai puncak kesadaran antara “ada” dan ”tiada” Tak harus mengibar angkuh Walau […]

Posted in Puisi Tagged Dedet Setiadi, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani