• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Irianto Ibrahim

Puisi: Suatu Ketika di Kamar Kontrakan – Irianto Ibrahim (l. 1978)

Posted on 14 April 201914 April 2019 by Editor

Irianto Ibrahim (l. 1978) Suatu Ketika di Kamar Kontrakan 1/ ketika mengajakmu ke sana berdiri di antara pohon-pohon yang menjulang bagai hantu aku melihat langit sangat dekat dengan kita. bintang-bintang […]

Posted in Puisi Tagged Irianto Ibrahim, Puisi Leave a comment

Puisi: Tiga Alasan Pendulang Meninggalkan Bombana – Irianto Ibrahim (l. 1978)

Posted on 14 April 201914 April 2019 by Editor

Irianto Ibrahim (l. 1978) Tiga Alasan Pendulang Meninggalkan Bombana pertama, karena polisi penjaga lahan bersiap menembak kepala mereka kalau wajan atau linggis tak diserahkan bersama sepuluh duapuluh kaca plus pernyataan […]

Posted in Puisi Tagged Irianto Ibrahim, Puisi Leave a comment

Puisi: Di Kendari Teater Kota Lama – Irianto Ibrahim (l. 1978)

Posted on 14 April 201914 April 2019 by Editor

Irianto Ibrahim (l. 1978) Di Kendari Teater Kota Lama mereka hanya menyisakan potongan tiket dan bekas jari-jarinya di lenganku sepasang kursi dan daun pintu kembar yang dulu pernah mencatat mimpi-mimpi […]

Posted in Puisi Tagged Irianto Ibrahim, Puisi Leave a comment

Puisi: Buton 1969 – Irianto Ibrahim (1978)

Posted on 14 April 201923 April 2019 by Editor

Irianto Ibrahim Buton 1969 begitu tahun-tahun menjadi sepi dan malam bergegas menyibak riak waktu kau tak usah mendesak laut menyurut atau pohon-pohon mengemis angin karena darah lebih kental dari luka […]

Posted in Puisi Tagged Irianto Ibrahim, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani