• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Kriapur

Puisi: Luka di Mana-mana – Kriapur (1959-1987)

Posted on 1 April 20201 April 2020 by Editor

Kriapur (1959-1987) Luka di Mana-mana luka di mana-mana di sosok langit di cadar waktu di rumput-rumput kabut rumah yang menunggu dan lenyap pada jam larut membekaskan beban di pohon-pohon hidup […]

Posted in Puisi Tagged Kriapur, Puisi Leave a comment

Puisi: Jalan Menuju Angin – Kriapur (1959-1987)

Posted on 31 Maret 20201 April 2020 by Editor

Kriapur (1959-1987) Jalan Menuju Angin Kuremuk susunan malam yang kering-lalu kutempuh jalan menuju angin apakah kau percaya pada keasingan hutan tahun-tahun luka dan hujan membara? di luar gerak dan berita […]

Posted in Puisi Tagged Kriapur, Puisi Leave a comment

Puisi: Orang yang Bulan – Kriapur (1959-1987)

Posted on 18 April 2017 by Editor

Kriapur (1959-1987) orang yang bulan meninggalkan pedih mengguncangkan tanah-tanah menggetarkan angin di lembah-lembah orang yang bulan dengan cahayanya membakar mimpi dan harapan pohon-pohon dan sayap-sayap burung rontok menjelaga orang yang […]

Posted in Puisi Tagged Kriapur, Puisi Leave a comment

Puisi: Aku Ingin Menjadi Batu di Dasar Kali – Kriapur (1959-1987)

Posted on 2 Februari 2017 by Editor

Kriapur (1959-1987) Aku ingin menjadi batu di dasar kali Bebas dari pukulan angin dan keruntuhan Sementara biar orang-orang bersibuk diri Dalam desau rumput dan pohonan Jangan aku memandang keluasan langit […]

Posted in Puisi Tagged Kriapur, Puisi Leave a comment

Puisi: Kupahat Mayatku di Air – Kriapur (1959-1987)

Posted on 2 Februari 2017 by Editor

Kriapur (1959-1987) kupahat mayatku di air namaku mengalir pada batu dasar kali kuberi wajahku pucat dan beku di mana-mana ada tanah ada darah mataku berjalan di tengah-tengah mencari mayatku sendiri […]

Posted in Puisi Tagged Kriapur, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani