• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Riki Dhamparan Putra

Puisi: Memasak Daging Kurban – Riki Dhamparan Putra (l. 1975)

Posted on 24 November 201824 November 2018 by Editor

Riki Dhamparan Putra (l. 1975) Memasak Daging Kurban Hari yang gemilang. Biarlah hari ini tetap diingat sebagai hari yang gemilang Hari daging dan belanga Aroma pandan dan jeruk nipis membasuh […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Riki Dhamparan Putra Leave a comment

Puisi: Ngaben – Riki Dhamparan Putra (l. 1975)

Posted on 23 November 2018 by Editor

Riki Dhamparan Putra (l. 1975) Ngaben Api yang tak mati. Sudahkah kau basuh tangan yang menyulutnya seterik ini? Barangkali di celah jari itu masih ada sisa daging Dan kukumu mungkin […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Riki Dhamparan Putra Leave a comment

Puisi: Mencari Kubur Baridin dan Suratminah – Riki Dhamparan Putra (l. 1975)

Posted on 21 November 201823 November 2018 by Editor

Riki Dhamparan Putra (l.  1975) Mencari Kubur Baridin dan Suratminah /1/kau masuki relungkukau daki gigir bukit di punggungkuseperti memikul isi bumi dan isi langitkau buat kasihmenjadi beban dalam pilu nasibku […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Riki Dhamparan Putra Leave a comment

Puisi: Meminang Pamakayo – Riki Dhamparan Putra

Posted on 30 Juli 2017 by Editor

Riki Dhamparan Putra Tukang kebunkah Atau hanya burung kehi yang bisa menyeru hujan agar turun ke Pamakayo Aku akan mendaki Agar kutemukan untukmu pematang-pematang batu penuh ilalang bukit jurang, beras […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Riki Dhamparan Putra Leave a comment

Puisi: Tugu-tugu Kota Bau-Bau – Riki Dhamparan Putra

Posted on 29 Januari 2017 by Editor

Riki Dhamparan Putra Nanas palsu. Kota Bau-Bau menjelang pilkada Kalau bersisik katakan ikan, berpayung katakan raja Jangan kau bungkus dengan umpama Sebab kalau kau sobek tapi tak menitik darah Atau […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Riki Dhamparan Putra Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani