• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

susy ayu

Puisi: Lebaran – Susy Ayu (l. 1972)

Posted on 28 Mei 202128 Mei 2021 by Editor

Susy Ayu (l. 1972)Lebaran hatiku sebatang kembang apikau sulut dan terbakar di awangsambil kau bertepuk tangan kumaafkan engkauuntuk kegembiraan yang kekanak-kanakan (magelang, 2011) Sumber: Kompas, 14 Mei 20212.  

Posted in Puisi Tagged Puisi, susy ayu Leave a comment

Puisi: Menjadi Genangan – Susy Ayu (lahir 1972)

Posted on 28 Mei 202128 Mei 2021 by Editor

Susy Ayu (lahir 1972)Menjadi Genangan kamulah Tobagenangan air mata purbaduka yang membeku sebagai dinding kawah kau kutuk aku dengan cintamuberjaga sebagai mehnir di gerbang-gerbang hutasampai kau sudahi tujuh puluh tujug […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, susy ayu Leave a comment

Puisi: Tentang Makna yang Kucatat – Susy Ayu (l. 1972)

Posted on 26 Mei 202126 Mei 2021 by Editor

Susy Ayu (l. 1972)Tentang Makna yang Kucatat Aku pernah berada di luar sejarahketika hidupku tak dimaknai sejenis tanaman merambatke arah mentari sesekali berbunga dan senang bersamamu,di taman ini aku mampu […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, susy ayu Leave a comment

Puisi: Secangkir Lumpur – Susy Ayu (l. 1972)

Posted on 26 Mei 202126 Mei 2021 by Editor

Susy Ayu (l. 1972)Secangkir Lumpur beratus ratus kilometer pencarianku setelah gaungdi dada-dada yang berlubang tangismembusuk di tiang-tiang rumahmengganjal katupan mataku sebab lelah sia-sia berteriaksejak empat tahun lalu tak ada yg […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, susy ayu Leave a comment

Puisi: Seperti Makassar, Kini Kuterenggut oleh Bisumu – Susy Ayu (l. 1972)

Posted on 26 Mei 202126 Mei 2021 by Editor

Susy Ayu (l. 1972)Seperti Makassar, Kini Kuterenggut oleh Bisumu di muara Jeneberang ku menunggusebelum kangen mengutukkumenjadi batu batu Sombaopu yang kau susununtuk tak bercakap denganku apa yang kau saksikan, kekasih?ketika […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, susy ayu Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani