Puisi: Apostolos – Erich Langobelen (l. 1994)

Erich Langobelen (l. 1994)
Apostolos
    : untuk Subagio
Seharusnya dalam berlayar
Tak perlu mereka memiuhkan ketakutan
Pada lerai angin ataupun musim
Dan mendaraskan Pater Noster atau Mea CulpaDengan liat lidah seorang mempelai
Namun fasih menusukkan kelat lembing ke uluhati

“Akankah ada pagi
Di ujung mata ini?”

Telah pecah cahaya langit
Dan ada yang tak kembali dari angin

“Maka berdoalah
Jika doa bisa menceritakan dengan amat hati-hati
Berita yang lain daripada kesepian kepadamu,
Seperti ujung sebuah lagu yang merdu tetapi pilu!”

Sebab tubuh gerimis yang dingin
Sejak subuh dikikis
Kaki malam yang hitam
Dan 99 ganggang remang
Kolong langit yang gelap
Dan setiap siasat yang menyesak

Ketika batuk menjelma
Ombak yang pecah dalam dada

Telah menyiratkan peperangan
Dan menelurkan kehilangan

“Mungkin pernah didengar di sini,
Laut tempatMu berbagi
Atau hidup atau mati.
Tapi kami menagih janji
Dalam kitab tua ini.”

Kemudian riak air yang koyak
Meski dengan rahasia yang tak dinyana
Menangkap sedikit garis cahaya
Dengan putih yang betah

“Maka sebagai kesempatan
Sesungguhnya cinta adalah lebih yang selalu
Dari segala yang kau ucapkan.”

Akan tetapi di lunas perahu yang sama
Semenjak Tiberias adalah masa lampau
Dan terus mengalir sebagai samudra
Yang menyentuh langit dari bumi

Dusta adalah cerita yang hidup
Dan tak habis dibagi

“Tetapi cinta kami, Yesua, seluas kehidupan
Bahkan laut bahkan langit.”

Demikian kepadaNya mereka kerap berhuja
Setiap kali kematian makin akrab

“Mengapakah cintamu hanya seluas kehidupan?
Maka berdoalah!
Pun jika dalam kesetiaan
Doa bisa menceritakan dengan amat hati-hati
Dosa dan kesedihan kepadamu!”

(2016)

Sumber: Kompas,  18 Februari 2017

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *