Malkan Junaidi
di jeda iklan di sepanjang film kartun yang kuputar di perutku
aku suka subuh yang hujan. aku suka mengakhiri malam di tubuhku dengan kesadaran bahwa ini bukan musim kemarau. aku akan membunuh upacara-upacara pengibaran air mata itu dan merayakan kematian kantor dan jalan raya dengan film-film kartun yang kuimpor dari tubuh orang lain di seberang lautan. aku akan menyalakan televisi di perutku di sepanjang hari ini seperti membuka sebuah jendela yang sudah terkunci selama tiga puluh dua tahun.
tak ada geledek. aku suka hujan yang tanpa geledek. seperti melewati bulan april yang hening tanpa kejutan-kejutan yang menakutkan. seperti meniadakan hantu-hantu ayam jantan dari malam menjelang subuh di pelosok tubuhku. lalu aku berdiri di sebuah beranda yang becek, menyaksikan bagaimana langit runtuh menimpa pepohonan, lalu aku merasa entah kenapa seperti sedang mengubur tangis seorang anak kecil yang kehilangan mainan.
tapi nanti, sehabis hujan, di jeda iklan di sepanjang film kartun yang kuputar di perutku itu, aku akan menanam dua pohon asam di halaman belakang, mungkin juga lima pohon sawit untuk mengingatkan bahwa ada cinta yang harus digoreng sebelum menjelma santap malam.
Sumber: Kemudian.com, 08 Maret 2012