Puisi: Fajar pun Telah Menyingsing – Djawastin Hasugian (l. 1943)

Djawastin Hasugian (l. 1943)
Fajar pun Telah Menyingsing

Ciumlah bumi kekasih
ciumlah pantai, dengar indah syair di pasir putihnya
Hiruplah udara, rasa nikmat suling angin di rumput hijaunya
Ialah bumi tempat kita menggenangkan air mata
Ialah bumi tempat kita menangiskan segala tangis
Tempat aliran segala duka dan sengsara.

Sinar matahari kan tiba
Bersama pagi cerah yang gembira
Datanglah ia harapan lama
Datanglah ia idaman lama
Lihat, langit telah memerah
Dan kita bukakan fajarnya.

Nelayan-nelayan pada berdendang turun ke lautan
Bapak-bapak tani setia pada turun ke ladang

Ternak-ternak merumput di luas hijau rumputan
Buruh-buruh angkat barang sibuk di pelabuhan
Ibu-ibu berdendang sayang, tidurlah anak tidurlah intan
Tidurlah sayang tidurlah biji mata, pagi cerah kan tiba
(Kehidupan yang sibuk
Kehidupan yang hidup)

Pagi cerah, pagi yang indah hidup menggelora
Semua kita bekerja, bekerja! Untuk kedamaian keluarga-keluarga

Tetaplah cium bumi kekasih
Tetaplah hirup cinta hidup di udaranya
Pagi cerah, pagi yang manis kan tiba
Pagi yang untuknya segala tangis
Pagi yang untuknya kita tahankan kegelapan panjang.

Akan datang juga pasti ia tiba
Pagi di mana hidup benar-benar sibuk
Pagi di mana hidup benar-benar hidup.


Sumber: Basis, No. 4, Th. XIV, Januari 1965; dalam “Tonggak”, ed. Linus Suryadi (Gramedia, 1087)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.