May Moon Nasution
berpusing-pusing adalah tugas kami, sampai runcing pantat ini membeling, lantas, atas kuasamulah kami menari, menarikan perih hingga hari merembang
jangan kau tanya kenapa kami bersedih, ulah amukmulah yang biadab, tersebab kau, yang tak lihai memainkan kami, hingga kau tega menghempas tubuh kami sebebas batu
lalu, pecahlah, kepinglah! lantas kami tak lagi bisa menari, menarikan sedih sekalipun
dalam malam-malam panjang, kami senantiasa berdoa, semoga moyang kami tak pernah tumbang, sebab hanya membuat kami gamang, menari di beranda yang lengang, penuh
kerling bintang, yang mengajari kami dengan sinar, bagaimana cara bersabar, menahan debar di dada yang gemetar, memupuk kesetiaan tanpa bantahan, agar tubuh kami tak pernah gegar,
saat kami menghiburmu, dengan runcing pantat kami yang beling, berpusing-pusing tanpa henti, bersedih dengan suara hening, yang tak akan pernah kau pahami dalam bahasa gasing.
Pekanbaru, 2013
Sumber: Koran Tempo, 8 September 2013